Berbasis Sakit Hati, Said Didu Banting Setir Jadi Kritikus Ulung Pemerintah

oleh

JAKARTA – Analis politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai kritik keras yang kerap dilontarkan oleh Said Didu didasari oleh faktor kekecewaan.
“Saya tidak mengatakan ini dendam tapi ini ada dilandasi rasa kekecewaan karena dia diberhentikan sebagai Komisaris. Meskipun tentu saja kritik itu boleh saja di dalam negara demokrasi siapapun boleh untuk menyampaikan pendapat,” kata Karyono saat dihubungi.
Kendati demikian, sambung Karyono, kritik Said Didu kepada pemerintah tentu janggal jika memahaminya secara utuh. Pasalnya, saat berada di dalam pemerintahan atau ketika masih menjabat sebagai Komisaris PT Bukit Asam, Said tidak pernah mengkritik ataupun tidak berani mengkritik. Sebaliknya ketika di luar baru melakukan kritik.
“Artinya sulit dipungkiri bahwa kritik yang dilakukan Said Didu tidak dilandasi rasa kekecewaan,” ujarnya.
Karyono menambahkan, kritik bisa menjadi objektif ketika didukung oleh fakta-fakta serta data yang akurat. Namun yang ia pahami kritik yang dilkukan oleh Said memiliki spirit atau semangat kekecewaan.
“Said Didu adalah orang dekat Jusuf Kalla (JK). Dimana jabatan dan kariernya di topang oleh Jusuf Kalla (JK). Seperti kita ketahui bersama bahwsanya Jusuf Kalla (JK) melalui kroni-kroninya main di dua kaki, ada yang mendukung #01 dan #02. Hal ini dilakukan untuk mengamankan dan melindungi usahanya di masa mendatang” pungkasnya.
Sebelumnya, Said Didu pernah mengkritik mobil Esemka yang digaungkan Jokowi hanya karangan belaka atau ‘bohong’. Said mengatakan hal itu karena sampai saat ini tidak terlihat wujud mobil Esemka tersebut. Lalu, menurutnya, Indonesia juga belum memiliki landasan dasar untuk membuat mobil, seperti logam dan desain.
Ketua DPP Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir kepada wartawan, Rabu (24/1/2019) menilai kritik yang dilontarkan Said Didu itu dilatarbelakangi rasa sakit hati lantaran dipecat dari jabatannya sebagai komisaris di PT Bukit Asam Tbk. Hal itulah yang kemudian membuat Said Didu menebarkan kebohongan soal mobil Esemka.
“‘Sakitnya Tuh di Sini’ begitulah judul lagu yang didendangkan oleh Cita Citata yang mungkin juga didendangkan oleh Said Didu di dalam benaknya sambil menunjuk ke hatinya sendiri akibat pemecatannya dari PTBA, yang bisa jadi juga satu-satunya mata pencariannya selama ini,” tuturnya.
“Saking sakitnya perasaan Said Didu, membuat dia memproduksi hoax tentang Esemka, yang dia sebut sebagai proyek mobil nasional (mobnas)-nya Jokowi, padahal pada saat Esemka diperkenalkan pada tahun 2012, Jokowi belum menjadi Presiden Indonesia, melainkan Wali Kota Solo yang tidak punya kewenangan membuat kebijakan mobil nasional,” imbuh Inas. 
Untuk diketahui, Dr. Muhammad Said Didu lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan, 2 Mei 1962. Alumni lulusan S1 dari jurusan teknik industri tahun 1985 ini menyelesaikan jenjang sarjana strata 1 hingga strata 3 di Institut Pertanian Bogor (IPB). Said Didu meraih gelar Doktor di Universitas yang sama dengan predikat Summa Cum Laude. Karir beliau di bidang birokrasi, politik, dan organisasi tidak diragukan lagi dengan jabatan saat ini sebagai staf khusus menteri ESDM.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.