Pesan dari peristiwa rekonsiliasi politik yang berjalan dengan baik antarkedua kubu capres yang bertarung dalam pesta demokrasi Pilpres 2019 disambut positif kalangan pelaku usaha.
Hal itu diakui oleh Ketua Umum Pengelola pusat perbelanjaan Plaza Pinangsia dikawasan Glodok, Jakarta Barat, Jacky Sutiono.
Jacky yang juga pendiri sekaligus Ketua Paguyuban Kota Tua mengatakan, sebelum rekonsiliasi terwujud, para pedagang dan pelaku bisnis yang berada di kawasan Kota Tua Jakarta (Pinangsia, Glodok, Pasar Pagi, Asemka, dan sekitarnya) merasa tidak aman dan was-was dengan situasi yang tak pasti.
Kekhawatiran akan terjadinya keributan di mana-mana selalu saja ada.
Namun begitu mendengar rekonsiliasi ini, aktivitas perdagangan di kawasan kota tua kembali bergeliat.
Ke depan, Jacky bersama 30 ribu pedagang di kawasan kota tua optimistis situasi akan membaik, aman dan damai, apalagi nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar AS kini mulai menguat.
“Para pelaku ekonomi kemarin sempat mengambil sikap wait and see, mereka menunggu sampai situasi aman dan damai. Di sini (kawasan dagang kota tua) juga sama, toko-toko menunggu situasi yang masih diliputi rasa takut dan kekhawatiran,” ujar Jacky saat ditemui di Plaza Pinangsia, Glodok, Jakarta Barat, baru-baru ini.
Demi melihat situasi yang kondusif dan penuh damai saat ini, ia pun mengajak semua lapisan masyarakat untuk bersatu membangun Indonesia kedepan. Ia berharap tidak ada lagi peristiwa anarkhis dan kerusuhan seperti yang pernah terjadi ditahun 1998 yang membuat semuanya terpuruk dan meninggalkan luka dalam.
“Kami menolak itu semua. Kedepannya NKRI harga mati”, tegas Jacky (70) yang masih keturunan Tionghoa-Betawi.
Pengamat ekonomi dan bisnis dari Universitas Indonesia, Athor Subroto mengatakan, rekonsiliasi antara kubu Prabowo Subianto dan Joko Widodo adalah suatu pesan yang bagus. Di mana kepercayaan diri kalangan pengusaha mulai pulih.
“Ini bisa dilihat dari membaiknya nilai mata uang kita (rupiah) terhadap dolar yang terus menguat, jelasnya.
Namun ada hal lain yang menjadi tantangan baru bagi pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat terhadap perkembangan perekonomian ke depan, yakni revolusi industri 4.0.
Pemerintah dituntut gesit untuk mencari solusi dari kesenjangan ‘melek teknologi’ antara pedagang konvensional dan pedagang yang berbasis/paham teknologi. Mengingat transaksi kini tidak lagi harus terjadi di pasar, melainkan cukup melalui dunia digital/internet.
“Semua pihak harus bergotong royong dalam menanggapi perubahan. Segala tingkat kehidupan ekonomi jangan sampai ada yang tertinggal era industrial 4.0,” ujar Athor.